BIG BOM SUPERFORTRESS
KETIKA Korea Utara makin memantapkan diri dengan suplai-suplai persenjataan dari Soviet (62 Ilyushin, 70 Yakovlev Yak-3, Yak-B, 22 Yak-16,8 Polikarpov Po-2 dan lain-lain), mau tak mau Amerika Serikat juga melakukan hal sama terhadap Korea Selatan. Apalagi setelah pada 27 Juni 1950 PBB mengizinkan pengerahan militer untuk menghadang invasi Korea Utara. AS segera memperkuat kekuatan udara AU Timur Jauh (FEAF) yang merupakan elemen Komando Timur Jauh (FEC). Presiden AS Harry Truman memberikan mandat kepada Jenderal Douglas MacArthur untuk mengawasi dan memimpin langsung kekuatan udara yang diperlukan.
Untuk memperkuat posisi pasukan darat, AS tak lupa mempertebal benteng pertahanan dari laut maupun udara. Tanggal 28 Juni 1950 empat pesawat pengebom B-29 Superfortress milik 19th Bombardement Group (BG) diterbangkan dari Anderson AFB di Guam menuju Kadena Air Base di Okinawa, Jepang. Pesawat diperintah melakukan pengeboman terhadap pasukan Korea Utara via Seoul.
Tanggal 30 Juni 1950, 15 B-29 dari 19th BG memuntahkan 260 pon bom fragmentasi di tepi utara Sungai Han. Namun dalam penyerangan ini, nyatanya tak satupun pasukan darat Korut berhasil dimusnahkan. Penyebabnya tidak lain, karena memang mereka tidak berada di situ. Salah informasi rupanya menghinggapi jajaran AS juga.
Penggunaan pengebom strategis B-29, sebenarnya tak begitu efektif. Ini lantaran sasaran yang dituju juga bersifat sporadis. Maka, setelah melakukan evaluasi, pasukan darat merekomendasikan pengurangan jumlah B-29. B-29 diperlukan hanya kalau pasukan darat AS benar-benar terdesak. Selebihnya B-29 mendapat penugasan pengeboman strategis di Pyongyang, Chongyin, Wonsan, Hungnam, dan Rashin.
Berbekal 40 bom general purpose masing-masing berbobot 500 pon (250 pon di antaranya adalah kandungan RDX), bom yang dimuntahkan dapat meledak dengan rentang waktu beragam hingga 144 jam. Dengan muatannya tersebut, si tambun penebar maut B-29 memang sangat ditakuti pihak Korut.
Perlawanan Korut
Bagaimana Korut mengantisipasi kehadiran B-29? Tidak lain dengan menambah senjata-senjata artileri antipesawat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Korut mendapat suplai luar biasa dari Soviet dan China. Baterai-senjata artileri dibangun di area lintasan terbang B-29. Tidak lupa juga Korut menebar kawanan MiG-15 untuk menghalau benteng raksasa B-29, walau risikonya tinggi juga karena para gunner B-29 terbilang lihai melalap lawan.
Bagi AS sendiri, bukan lantas mudah memenuhi kebutuhan awak pesawat B-29. Paman Sam harus melakukan crash program pendidikan awak pesawat B-29. Misalnya, penyediaan 11 orang combat crew B-29 butuh waktu tiga bulan, (ron) ?
WELL GUNNER SUPERFORTRESS
Badan boleh tambun tapi jangan remehkan perannya di udara. Dalam Perang Korea 6-29 berhasil membukukan kemenangan 27 pertempuran di udara. Sangat kontras karena sebenarnya B-29 adalah pesawat pengebom dimana fungsinya lebih ditekankan pada pengeboman. Hanya kareha kehebatan para gunner-nya lah sehingga laras-laras senapan B-29 bisa membabat banyak peswat MiG di langit Korea.
Proses Kelahiran
Tiga tahun setelah terbang perdana Model 299 (prototipe B-17 Flying Fortress), Boeing mengajukan proposal ke USAAC untuk pembuatan versi penyempurnaan B-17. Proposal Boeing kemudian diterima USAAC tahun 1940 ketika Korps Udara AD AS itu butuh pesawat pengebom strategis jarak jauh. Pengiriman pertama B-29 dilakukan pada rousim gugur 1943. Penugasan pertama dilakoni B-19 di Bangkok tahun 1944.
Sumber : http://topmdi.net
KETIKA Korea Utara makin memantapkan diri dengan suplai-suplai persenjataan dari Soviet (62 Ilyushin, 70 Yakovlev Yak-3, Yak-B, 22 Yak-16,8 Polikarpov Po-2 dan lain-lain), mau tak mau Amerika Serikat juga melakukan hal sama terhadap Korea Selatan. Apalagi setelah pada 27 Juni 1950 PBB mengizinkan pengerahan militer untuk menghadang invasi Korea Utara. AS segera memperkuat kekuatan udara AU Timur Jauh (FEAF) yang merupakan elemen Komando Timur Jauh (FEC). Presiden AS Harry Truman memberikan mandat kepada Jenderal Douglas MacArthur untuk mengawasi dan memimpin langsung kekuatan udara yang diperlukan.
Untuk memperkuat posisi pasukan darat, AS tak lupa mempertebal benteng pertahanan dari laut maupun udara. Tanggal 28 Juni 1950 empat pesawat pengebom B-29 Superfortress milik 19th Bombardement Group (BG) diterbangkan dari Anderson AFB di Guam menuju Kadena Air Base di Okinawa, Jepang. Pesawat diperintah melakukan pengeboman terhadap pasukan Korea Utara via Seoul.
Tanggal 30 Juni 1950, 15 B-29 dari 19th BG memuntahkan 260 pon bom fragmentasi di tepi utara Sungai Han. Namun dalam penyerangan ini, nyatanya tak satupun pasukan darat Korut berhasil dimusnahkan. Penyebabnya tidak lain, karena memang mereka tidak berada di situ. Salah informasi rupanya menghinggapi jajaran AS juga.
Penggunaan pengebom strategis B-29, sebenarnya tak begitu efektif. Ini lantaran sasaran yang dituju juga bersifat sporadis. Maka, setelah melakukan evaluasi, pasukan darat merekomendasikan pengurangan jumlah B-29. B-29 diperlukan hanya kalau pasukan darat AS benar-benar terdesak. Selebihnya B-29 mendapat penugasan pengeboman strategis di Pyongyang, Chongyin, Wonsan, Hungnam, dan Rashin.
Berbekal 40 bom general purpose masing-masing berbobot 500 pon (250 pon di antaranya adalah kandungan RDX), bom yang dimuntahkan dapat meledak dengan rentang waktu beragam hingga 144 jam. Dengan muatannya tersebut, si tambun penebar maut B-29 memang sangat ditakuti pihak Korut.
Perlawanan Korut
Bagaimana Korut mengantisipasi kehadiran B-29? Tidak lain dengan menambah senjata-senjata artileri antipesawat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Korut mendapat suplai luar biasa dari Soviet dan China. Baterai-senjata artileri dibangun di area lintasan terbang B-29. Tidak lupa juga Korut menebar kawanan MiG-15 untuk menghalau benteng raksasa B-29, walau risikonya tinggi juga karena para gunner B-29 terbilang lihai melalap lawan.
Bagi AS sendiri, bukan lantas mudah memenuhi kebutuhan awak pesawat B-29. Paman Sam harus melakukan crash program pendidikan awak pesawat B-29. Misalnya, penyediaan 11 orang combat crew B-29 butuh waktu tiga bulan, (ron) ?
WELL GUNNER SUPERFORTRESS
Badan boleh tambun tapi jangan remehkan perannya di udara. Dalam Perang Korea 6-29 berhasil membukukan kemenangan 27 pertempuran di udara. Sangat kontras karena sebenarnya B-29 adalah pesawat pengebom dimana fungsinya lebih ditekankan pada pengeboman. Hanya kareha kehebatan para gunner-nya lah sehingga laras-laras senapan B-29 bisa membabat banyak peswat MiG di langit Korea.
Proses Kelahiran
Tiga tahun setelah terbang perdana Model 299 (prototipe B-17 Flying Fortress), Boeing mengajukan proposal ke USAAC untuk pembuatan versi penyempurnaan B-17. Proposal Boeing kemudian diterima USAAC tahun 1940 ketika Korps Udara AD AS itu butuh pesawat pengebom strategis jarak jauh. Pengiriman pertama B-29 dilakukan pada rousim gugur 1943. Penugasan pertama dilakoni B-19 di Bangkok tahun 1944.
Sumber : http://topmdi.net
0 komentar:
Posting Komentar
berkoment lah selagi koment itu gak di larang.. :D